Kumpulan Cerita Pendek (Cerpen) |
SAHABATKU
Dia seorang sabatku yang bernama Fitri.
Kami bersahabat sejak di bangku SLTP kelas dua hingga detik ini. Dia sebagai
motivator bagiku dalam menjalankan kehidupan. Fitri adalah anak pertama dari
tiga bersaudara. Masing-masing adikknya masih duduk di bangku pendidikan kelas
dua SLTP dan kelas tiga SD. Dulu , sewaktu tuhan belum memanggil ayah
terkasihnya, Fitri adalah anak yang sangat bergantung pada ayahnya. Ingin itu
dan ini, ayahnya selalu berusaha memenuhinya. Sama juga dengan ibunya yang memanjakannya
dalam keluarganya. Karena ia meliki alergi kulit di jari-jari tangannya, maka
ibunya jarang sekali menyurah pekarjaan dirumah meskipun ia anak perempuan.
Beda sekali dengan ibuku, ibuku berkata bahwa anak gadis wajib bisa pekerjaan
rumah, terutama memasak. Karena bagi suami masakan yang terniknat adalah
masakan yang di sajikan oleh orang yang dicintainya” kata ibuku dengan
meyakinkan. Namun aku juga memahami hal tersebut karena apabila masakanku
dipuji oleh ayah dan abangku, terasa ingin terus membuat suatu masakan.Walaupun
fitri jarang membantu pekerjaan sehari-hari di rumah, tapi ia sejak SLTP telah
mencicipi pekerjaan berwiraswasta. Pertama kali yang tejun dalam dunia
wiraswawta seperti bekerja di toko butik, ponsel serta mengajar anak-anak disekitar
lingkungan tempat tinggalnya.
Namun, kebahagian Fitri berubah sangat
dratis. Semenjak kepergian ayah tercintanya, ia bagaikan menjujung bukit di
pundaknya. Ia sebagai pengganti tulang punggung di keluaganya. Hal-hal yang
tidak pernah dibayangkannya dalam kehidupan, terasa mimpi baginya yang tidak
akan pernah keluar dari mimpi tesebut karena itu sebagai kenyataan yang nyata
di keahidupan ini. Ia harus membanting tulang demi kelangsungan ibu dan
adik-adiknya. kami sama-sama mahasiswi di suatu universitas, namaun berbada
fakultas. Aku di fakultas FKIP sedangkan ia di fakultas FISIPOL.
Kami juga sama berkerja di satu perusahan
yang sama. Walaupun kami masih kuliah, namun kami telah bisa merasakan bagimana
hasil keringat diri sendiri. Kami bekerja pada intansi non formal di bidang
pendidikan. Fitri sebagai pendidik tingkat SLTP kelas IX sedang aku pendidik di
tingkat SD kelas VI.
Rutinitas kami selalu sejalan. Pagi-pagi
kami masuk kuliah dan sore dari pukul 4 hingga pukul setengah 9 malam kami
mengajar di BIMBEL. Di perjalan sewaktu menuju pulang, Fitri selalu mencurahkan
isi hatinya yang tak pernah terbayangkan sebelum baginya. Ia merasa kehidupan
yang di jalankannya bagai mimpi, namun ku juga dapat membayangkan pabila
tarjadi dalam diriku. Sekali-kali aku mengingatkan ia bahwa allah tidak akan
memberi suatu cobaan di luar kemampuan ummatnya, serta akupun selalu
mengingatkannya bahwa sangat banyak orang-orang termasuk aku yang selalu
menyayanginya.
Fitri termasuk mahasiswi yang aktif,
maksudnya tidak hannya aktif di luar namun juga aktif di perkuliahan. Ia
menjabat sebagai sekretaris di fakultasnya dan sering mengikuti
kegiatan-kegiatan formal maupun non formal pada perkuliahan. kami selalu membanding-bandingkan
kelebihan maupun kekurangan pada fakultas masing-masing. “Hmm... kok lebih
unggul kedengaran kekompakan di fakulatas Ya dari pada Ma ya...”, jawab dengan
nada merendah. Namun fitri hanya tersenyum agak kebingungan mendengar perkataanku.
Dalam mengajar, firti memiliki sifat lebih
tegas dari padaku. Karena anak-anak yang di ajari lebih dewasa dari pada
anak-anak yang aku ajarkan. Namun, aku lebih dapat mengendalikan diri
menghadapi anak-anak yang agak malas dalam belajar. “Kok bisa Ma ya sabar
ngajarin anak-anak SD yang peribut ni, kalau Ya liatin ja da pusing! gemas liat
mereka yang ngak ngerti ni....”, tanya fitri. He... ibuk, ibuk! Itulah i’m
masuk di Pendidikan Guru Sekolah Dasar agar tahu teknik-teknik dalam menghadapi
anak SD....”, jawabku dengan perasaan geli. Namun fitri tampak tidak yakin dari
jawaban yang ku lontarkan.
Setiap
pagi-pagi sekali Fitri mengantar adiknya putri ke sekolah di kota. Kami tinggal
di desa dekat pinggir kota Pekanbaru yang tidak jauh bagi kami yang selaSlu
menempuh perjalanan. Namun berbeda dengan orang-orang berpersepsi bahwa tempat
tinggal kami lumayan jauh, selalu hampir sama pendapat orang yang menanyakan
alamat tempat tinggal kami. Setelah Fitri selesai mengantar adiknya, maka ia
menjalani rutinitas perkuliahan. tidak hannya berhenti di perkuliahan saja
rutinitas yang di jalaninya. Dari perkuliahan, Fitri mengajar beberapa orang
anak-anak tetangga dekat rumah. Setelah selesai mengajar anak – anak les yang
belajar di rumahnya, maka ia bergegas untuk pergi ke tempat kerja kami berdua.
Fitri dulu hanya anak yang aktif di bidang pembelajaran atau pendidikan.
Tetapi, setelah ayahnya tiada fitri bagaikan anak yang tahan banting untuk
membiayai kehidupannya beserta adik – adik dan ibunya.
Semangat,
semangat... kita tidak perlu membayangkan sesuatu yang belum diusahakan. Tapi,
niatkan di lubuk hati tindakan yang akan kita lakukan serta serahkan hasil
usaha kepada Tuhan YME. Karena, hanya allah yang pasti menentukan yang terbaik
untuk kita.
Teman,
sahabat bahkan ia telah aku anggap seperti saudara kandung...
Aku akan berusaha selalu ada di dekatmu, sebagai
tempat curhatmu, kakak kedua bagi adik – adikmu serta anak perempuan bagi
ibumu. Dan sebaliknya keluaga besarkupun sama berpendapat denganku.
0 komentar :
Post a Comment