Kumpulan Cerita Pendek (Cerpen) Keluarga |
Menggapai Mimpi
Suara ombak menderu-deru dipagi hari yang dingin.
Tapi aku dan abangku Rinto tetap menjalankan aktifitas kami seperti biasanya
yaitu membawa perahu kedaratan. Pekerjaan kami adalah sebagai nelayan. Ayah dan
ibu telah lama meninggal dunia, jadi kami harus berjuang untuk hidup. Kami
berangkat malam dan pulang pagi-pagi dini hari. Itulah
rutinitas aku dan abangku setiap hari. Hari ini aku dan abangku mendapatkan
banyak ikan yang akan dijual kepasar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Danang kamu pergi saja kesekolah nanti kamu terlambat, biar abang yang jual
ikan-ikan ini kepasar kata Rinto. Tapi bang, belum sempat aku berbicara sudah
dipotong olehnya. Kamu bilang kamu ingin menjadi orang sukses, ayo pergi
kesekolah sana kejar cita-citamu kata abangku lagi. Terimakasih bang, aku pergi
kesekolah dulu kataku sambil tersenyum dan menyalami tangannya. Sesampainya
disekolah kulihat semua anak-anak sudah duduk rapi dikursi masing-masing dan
baju mereka terlihat rapi beda sekali dengan baju rusuh. Akupun mengetuk pintu
kemudian bu guru menyapaku Danang, kamu terlambat lagi, ada apa tanya ibu Rini
guruku, eh Bu saya ..... sebelum aku selesai berbicara sudah dipotong oleh
Udin. Palingnya dia telat bangun bu, orang miskin seperti dia mana punya jam
dirumah hahahaha semua teman ikut menertawakanku. Sudah cukup, siapa yang
bertanya dengan kamu Udin? Ibu bertanya dengan Danang, kata ibu guru. Kemudian
ibu guru menanyakan padaku kenapa aku sering terlambat maaf bu, sebelum
kesekolah saya membantu abang dulu kelaut jadi pulangnya pagi-pagi. Kemudian bu
guru bertanya jadi kamu belum ada istirahat sama sekali nak tanya ibu Rini
dengan muka prihatin. Kamu pulang sekolah bisa istirahat bu ucapku. Ya sudah
ayo kamu duduk kata bu Rini dan yang mempersilahkan aku duduk. Aku pun duduk dikursiku
sendiri. Anak-anak kalian harus mencontoh Danang, lihat biarpun dia sekolah
namun Danang tetap membantu abangnya kelaut. Nah kita lanjutkan pelajaran kita
selanjutnya kata ibu Rini dengan memulai pelajaran. Pagi ini seperti biasa aku
terlambat lagi. Tetapi ibu Rini sudah dapat memaklumi, jadi dia tidak lagi
bertanya mengapa aku terlambat. Anak-anak dua minggu lagi ada perlombaan
matematika se SD dikota kita kata ibu Rini. Tapi bu kami sudah kelas 6 mengapa
kami yang mengikuti lomba itu tanya Udin. Justru itu Udin, olimpiade ini memang
khusus untuk anak kelas 6 karena siapa yang menang dia yang akan mendapatkan
beasiswa untuk melanjutkan ke SLTP terbaik dikota, selama 3 tahun pula kata bu
Rini. Beasiswa itu apa bu tanyaku penasaran semua teman-temanku bertanya dan
bilang aku bodoh. Sudah-sudah jangan bertanya kepada teman yang tidak tahu.
Danang, beasiswa itu adalah kita diberikan uang selama sekolah, jadi kita tidak
perlu lagi mencari uang kebutuhan sekolah, tinggal belajar saja kata ibu Rini
menjelaskan. Saya mau ikut bu kataku reflek. Eh orang miskin tahu diri dong,
kamu itu tidak mungkin bisa melanjutkan sekolah lagi, mana ada uang ejek Udin.
Itu makanya aku mau ikut, saya bisa melanjutkan sekolah tanpa harus menyusahkan
abangku, kataku balas pertanyaan Udin hahahaha mimpi sekali, mana bisa kamu
mengalahkan orang yang pintar-pintar dikota kata Udin. Sudah-sudah Danang kamu
benar-benar ikut kata ibu Rini kepadaku. Ya bu, saya mau benar-benar ikut jawabku
dengan semangat. Baiklah mulai besok setelah pulang sekolah kamu datang kerumah
ibu, ibu akan ajarkan kamu soal-soal mengenai olimpiade matematika. Serius bu
tanyaku dengan penuh gembira. Terimakasih bu kataku semangat. Baiklah anak-anak
kita lanjutan materi pembelajaran kita. Begitulah rutinitasku setiap hari,
malamnya sampai pagi membantu abang kelaut, setelah itu pergi kesekolah dan
pulang sekolah belajar matematika dirumah ibu Rini. Walaupun aku kurang
istirahat tapi aku tidak peduli, benar-benar ingin mendapatkan hadiah itu dan
sekolah dikota. Terkadang aku juga sering diejek oleh Udin tapi semakin aku
diejek, semakin besar ingin belajarku. Tidak hanya dirumah ibu Rini aku
belajar, sepulang dari rumah ibu Rini pun dan didalam perahu aku tetap belajar
demi mengapai keinginanku lanjutan sekolah karena aku benar-benar ingin sukses
dan aku tidak mau menjadi nelayan lagi, cukup abangku saja yang menjadi
nelayan. Itulah mimpiku harus sukses. Satu minggu berlalu, aku tetap menjalani
rutinitas seperti biasanya, tapi siang ini ibu Rini kelihatannya sangat murung
sekali aku tanya kenapa dia murung, pertamanya dia enggan menjawab tetapi
diapun menjelaskan, kata bapak kepala sekolah sepertinya kita tidak dapat
mengikuti olimpiade itu karena dana sekolah kita tidak mencukupi, ketua komite
marah karena anaknya tidak diikutkan olimpiade matematika sehingga dia tidak
mau memberikan dana kepada kita kata ibu Rini sedih. Memangnya siapa anak ketua
komite kita bu tanyaku penasaran? Udin, dia bilang sama ayahnya kalau ibu pilih
kasih, ibu hanya memilih kamu ikut olimpiade, dia bilang dia ingin ikut namun
ibu tidak mengizinkannya itulah yang diceritakan Udin kepada ayahnya. Kata ibu
Rini tanyaku kepada ibu Rini kenapa Udin seperti itu padahal dia bilang
kepadaku dia sama sekali tidak tertarik mengikuti olimpiade matematika jadi ibu
bagaimana olimpiade itu, saya tidak bisa mengikutinya tanyaku sedih. Ibu belum
bisa menjawab pertanyaanmu nak ibu akan mengusahakan agar kamu ikut olimpiade
matematika karena ibu ingin sekali kamu tetap melanjutkan sekolah karena kamu
anak yang pintar dan memiliki etika. Ibu yakin akan menjadi anak yang sukses
kelak kata ibu Rini dengan tersenyum menatapku. Amin ucapku terimakasih ya bu
kataku dengan penuh rasa haru.
0 komentar :
Post a Comment